Selasa, 21 Februari 2017

SEJARAH SINGKAT MBAH SUTO (SUTO WIJOYO)

SEJARAH SINGKAT MBAH SUTO


(SUTO WIJOYO)
a.    Nama mbah Suto
Cerita dar Bp.K.H.M Chambali Sumardi bahwa konon cerita mulut kemulut yang telah membudaya , mbah suto adalah bernama Suto Wijoyo Bin Rono Wijoyo/ Girindra Wardana ( Raja Mojopahit) Karena beliau termasuk balantentara yang ikut menyerang Kadipaten Kudus yang akhirnya bertekuk lutut diKadipaten Kudus. Dukuh yang dihuni mbah Suto dulu kebayakan orangnya pada Pego ( Sulit berko-munikasi) sehingga tempat tersebut dinamakan Pagongan ( Tempat orang-orang Pego)

b.   Jabatan
Mengenai Jabatan mbah Suto adalah hanya sebagai wakil dari Kadipaten Kudus untuk menyampaikan ajaran Agama Islam kepada masyarakaat Dukuh Pagongan Desa Kajeksan Kota Kudus. Karena beliau termasuk pasukan perang dari Kerajaan Mojopahit yang bertekuk lutut di Kadipaten Kudus dan sadar atas kebenaran agama islam maka beliau memeluk agama islam serta menetap di Kadipaten Kudus untuk mempelajari agama islam lebih mendalam, karena kecerdasannya itu maka beliau diberi tugas oleh Sunan Kudus sebagaimana diatas.

c.    Silsilah
Mengenai silsilah mbah Suto kalau dihitung dari Sayyid Abdul Muttolib yang dari keturunan Sayyid Abbas adalah urutan yang ke 25 akan tetapi kalau dihitung dari Mahesa Cempa / R.Penanggungan/ Aryo tejo// (Bupati Mojopahit) beliau urutan ke 7.
Adapun urutannya sebagai berikut.
1.   Sayyid Abdul Muttolib
2.   Sayyid Abbas
3.   Sayyid Abdul Wahid
4.   Sayyid Mudzakkir
5.   Sayyid Kharmiyak
6.   Sayyid Mubarok
7.   Sayyid Abdullah
8.   Sayyid Abdul Rouf
9.   Sayyid Arifin
10.      Sayyid Hasanuddin
11.      Sayyid Jamal
12.      Sayyid Ahmad
13.      Sayyid Abdullah
14.      Sayyid Abbas
15.      Kharmais (Pendeta Makkatul Mukarromah)
16.      Sayyid Abdur Rochmanan / Ronggolawe
   ( Aryo tejo I Bupati Tuban)
17.      R.Penanggungan / Mahesa Cempa (Aryotejo II Mahesa Cempa/ Bupati Mojopahit)
18.      Raden Lembutala
19.      Raden Wijaya
20.      Sri Jaya Negara
21.      Jaya Wisnu Wardana
22.      Rajasa Negara ( Hayam Wuruk)
23.      Rono Wijoyo (Girindra Wardana)
24.      Suto Wijoyo (Mbah Suto)
      Mengenai posisi makam mbah Suto berada di Dukuh Panggonan Desa Kajeksan RT 3 / Rw 1 Kota Kudus.

d.   Kisah Sejarah Mbah Suto Wijoyo
Kurang lebih pada tahun 1505 M. Kerajaan Mojopahit menyiapkan pasukan untuk  menyerang Kadipaten Kudus. Karena menurut mereka penyerangan ini disebabkan Sunan Kudus (Sayyid Ja’far Sodiq) diangap menghacurkan tempat pemujaan mereka yg beragama Hindu (Pure), terbukti bangunan Menara Masjid Kauman Kudus yang separo (bawah) dianggap bangunan seperti tempat pemujaan agama Hindu  (Pure), sebeb mereka menyamakan dengan Candi Jago yang berada di Jawa Timur dan diatas ny itu dipotong separoh dibangun seperti menara Masjid sekarang ini, oleh karena Kerajaan Mojopahit adalah Kerajaan Hindu pada saat itu rakyatnyapun juga banyak yang beragama Hindu maka wajarlah bila tidak senang dengan Pemerintahaan Kadipaten Kudus, sehingga terjadilah pengiriman pasukan perang. Yang diataranya mbah Suto sebagai putra Raja yang dikirim sebagai panglima perang dari kerajaan Mojopahit.
        Perlu diketahui bahwa pasukan perang tempo dulu mengendarai kuda bahkan masi banyak yang berjalan kaki. Setelah sampai di Kadipaten Kudus secara kebetulan mereka melewati jalan pintu gerbang yang disebelah utara Kadipaten Kudus, mereka menyangka bahwa jalan tersebut yang dianggap mudah karena kelihatannya sepi tidak banyak penjagaan namun ternyata sebaliknya mereka akhirnya tertahan dipintu gapura gerbang tanpa daya tak bergerak sedikitpun.
        Setelah mereka disadarkan oleh pejabat Kadipaten Kudus dan diberi waktu untuk beristirahat, disaat dikumpulkan dipendopo Kadipaten Kudus Sunan Kudus memberi wejangan kepada mereka tentang ketauhidan dan syariat agama islam dengan jelas dan gambling yang disertain Tanya jawab, sesudah itu mereka dipersilahkan untuk memilih salah satu pilihan yaitu : kalau ingin menetap di Kudus harus memeluk agama islam dan kalau tidak siap memeluk agama islam maka harus pulang ke daerahnya masing-masing, baik yang menetap maupun yang pulang dipersilahkan untuk membawa peralataan dan persenjataan milik masing-masing prajurit dengan jangan ada yg ditinggalkan. Dengan adanya kebijakan dari pemimpin Kadipaten Kudus itu yang tak lain adalah Sunan Kudus maka prajurit dari Kerajaan Mojopahit banyak yang memeluk agama islam dengan kesadarannya sendiri tanpa ada kesan paksaan dan mereka banyak yang menetap di- Kudus.
        Diantara para pasukan perang yang menetap di Kadipaten Kudus adalah panglima perangnya sendiri yang tak lain adalah mbah Suto Wijoyo. Karena beliau kemahiran tersendiri cerdas dan tangkas maka akhirnya beliau di utus Sunan Kudus untuk mengajarkan ajaran agama islam di Dukuh Panggonan Desa Kajeksan Kota Kudus hingga wafatnya.
        Konon menurut cerita para sesepuh bahwa semestinya makam mbah suto adalah di Dukuh Panggonan Lor rt 02 / rw 01 Desa Kajeksan Kota Kudus namun karena sekitar makam tanahnya terkikis derasnya air sungai gelis mengakibatkan kafan dan batu nisan salah satunya terbawa air sungai gelis dan berhenti di Panggonan Kidul Kajeksan Kota Kudus. Walaupun sudah pernah dikembalikan pada asalnya yaitu dimakam dukuh Panggonan Lor Desa Kajeksan Kota Kudus akan tetapi lagi-lagi terbawa arus air sungai gelis sampe berkali-kali sehingga diusahakan para sesepuh tempo dulu ternyata kafan dan nisan tidak mau dikembalikan dan harus dimakamkan di Dukuh Panggonan Kidul Desa Kajeksan Rt 01/ Rw 03 Kota Kudus sampai sekarang ini, dah ditempatkan asal juga diperbaiki dan diziarahi para penduduk.

e.     Acara Haul
  Haul mbah Sutowijoyo 1 diperingati setiap tahun, tempatnya pada tanggal 17 Muharrom, dan yang 2 diperingati pada tanggal 27 Muharrom.

Sejarah Singkat Mbah Wanar (Sayyid Ghiyats)

Sejarah Singkat Mbah Wanar
(Sayyid Ghiyats)

a.     Nama mbah Wanar
      Menurut  cerita Bp.K.H.M Chambali Sumardi bahwa nama mbah mbah Wanar adalah Sayyid Ghiyats bin Sayyid Husain-al Kadzim, beliau dijuluki mbah Wanar dikarenakan beliau ini orang yang mempunyai karomah tinggi, sakti mandra guna serba bisa dan mampu, sehingga tempat atau desa yang dihunipun dinamakan Kuanaran, beliau sebagai ajudan Sunan Kudus,atau juru paying Sunan Kudus ( Sayyid Ja’far Shodiq), tak heran kalau tempo dulu makam beliau diziarahi banyak orang dari berbagai daerah terutama dati Tengger untuk mengambil berkah dari mbah Wanar.
b.   Jabatan
Biasanya jabatan itu sesuai keadaan orangnya begitu juga mbah Wanar menurut penjelasan Bp.K.H.M Chambali Sumardi, bahwa mbah Wanar kalau pagi hari membantu Pemerintahan Kadipaten Kudus yaitu sebagai ajudan atau tukang payungnya Sunan Kudus atau yang selalu menyediakan serta mengurusi kebutuhan Sunan Kudus pada saat bepergian, oleh karena itu mbah Wanar disebut juga orang sholih karena ketaatan berkhimah kepada orang yang sholih tak lain adalah Sunan Kudus, sedangkan kalau sore dan malam hari beliau mengajarkan Syari’at agama islam kepada masyarakat dukuh Kuwanaran Kajeksan Kota Kudus.

c.    Silsilah
Mengenai silsilah mbah Wanar kalau dihitung mulai Sayyid Abdul Muttolib yang melewati Kanjeng Nabi Muhammad saw, beliau ini keturunan yang ke 25 sebagaimana berikut ini:
1.   Sayyid Abdul Muttholib
2.   Sayyid Abdulloh
3.   Sayyiduna Muhammad Rosululloh saw
4.   Sayyidah Fatimah
5.   Sayyid Husain
6.   Sayyid Ali Zainal Abidin
7.   Sayyid Muhammad Baqir
8.   Sayyid Ja’far Shodiq
9.   Sayyid Ali Al-Aridli
10.         Sayyid Muhammad An-Naqib
11.         Sayyid Isa Ar-Rumi
12.         Sayyid Ahmad Al-Muhajir
13.         Sayyid Ubaidillah
14.         Sayyid Alwi
15.         Sayyid Muhammad
16.         Sayyid Alwi
17.         Sayyid Ali Kholi’Qosim’
18.         Sayyid Muhammad shohibul mirbath
19.         Sayyid Alwi ( makam di Hadro maut)
20.         Sayyid Abdul Malik ( Makam di india)
21.         Sayyid Abdullah Khan ( Makam di india)
22.         Sayyid Husain Jamaluddin / syeh Jumadal Kubro ( Makam di Bugis)
23.         Sayyid Hasan Adzdzohir ( makam di Tatruk)
24.         Sayyid Husain al-Kadzim ( makam di San’a)
25.         Sayyid ghiyats ( mbah Wanar)

Mengenai makam mbah Wanar berada di Dukuh Kuanaran Kajeksan Rt 01/ Rw 01 Kota Kudus.

d.   Kisah Sejarah mbah Wanar ( Sayyid Ghiyats)
Dalam buku kisah bergambar walisongo yang disusun Asnan Wahyudi dan Abu Kholid.Ma bahwa pada waktu Sultan Muhammad 1 memerintah Kerajaan Turki beliau menanyakan perkembangan agama islam kepada para pedagang dari Gujarat (India) dan mendapat jawabanan bahwa di pulau jawa bagian utara ada dua kerajaan Hindu yaitu Mojopahit dan Pejajaran, diantara rakyatnya ada yang beragama islam namun terbatas pada keluarga pedagang Gujarat yang kawin dengan penduduk setempat, mendengar tentang itu kemudian sang sultan mengirimkan surat kepada pembesar Islam di Afrika yang isinya minta ulama yang mempunyai karomah dan ilmu tinggi dikirim kejawa.
  Dengan adanya permintaan itu berkumpullah Sembilan ulama yang siap dikirim kejawa, Pada tahun 808 H atau 1404 M. dan berangkatlah mereka untuk mensyiarkan agama islam.
  Pengiriman ini tidak hanya sekali namun untuk pengiriman kedua diantaranya ada Sunan Kudus (Sayyid Ja’far sodiq), dan dilanjutkan pengiriman ketiga, keempat dan kelima sesuai kebutuhan yaitu apabila yang dikirim ke jawa ada yang wafat atau kembali kedaerah asalnya maka dilengkapi lagi menjadi Sembilan.
  Pada saat Sunan Kudus diserahi oleh mbah Telingsing untuk menggantikan kedudukan beliau sebagai pemimpin Kadipaten Kudus daerah tersebut sudah banyak orang yang beragama Hindu, maka dari Sunan Kudus dalam da’wahnya tidak saklek akan tetapi tetap mengikuti bebudayaan mereka selama tidak menyimpang dengan ajaran syari’at islam misalnya tetap menggunakan gending, gong, atau peralataan music yang lain demi mengambil simpati masyarakatnya agar mau memeluk agama islam tanpa paksaan, diantara yang membantu tugas Sunan Kudus berdakwaah adalah mbah Wanar (Sayyid Ghiyats) yang sehari-harinya sebagai ajudannya atau mempersiapkan segalanya untuk kemudahan Sunan Kudus ( Sayyid Ja’far Shodiq), apalagi setelah terjadinya penyerang ke Kadipaten Kudus oleh bala tentara Mojopahit nama mbah Wanar (Sayyid Ghiyats) semakin terkenal disebabkan beliau yang menangani langsung atas ketentuan bala tentara yang bertekuk lutut tanpa syarat.
  Cerita dari mbah Asmirah janda purnawirawan DANJO D.III Fandelan, yang mendapat cerita dan sesepuh sebelumnya bahwa makam mbah Wanar tempo dulu sering diziarahi orang sampai berhari-hari menetap atau bermalam, mereka berdoa, ngalap berkah disitu , kebanyakan yang sering ziarah adalah orang-orang dari Tengger yaitu perbatasan antara Kediri dan Jember Jawa Timur dekat dengan kerajaan Mojopahit, dalam perjalanan kemari kebayakan dari mereka nak kuda, maklum tempo dulu tidak banyak mobil seperti sekarang ini,setelah cukup waktu istirahat dan siap untuk ziarah berdoa, lalu bermunajat kepada Alloh Ta’ala. Kuda-kuda mereka ditambatkan dibawah pepohonan disekitar makam karena saat itu penduduk sekitar makam mbah Wanar masih sdikit belum banyak seperti sekarang ini.



e.    Acara Haul
Haul mba Wanar diperingati setiap tahun tepatnya pada tanggal 16 Muharrom.

SEJARAH SINGKAT MBAH PANGERAN BEJI (Sayyid Ahmad)

SEJARAH SINGKAT MBAH PANGERAN BEJI
(Sayyid Ahmad)

A.  Nama mbah Pangeran Beji
Melanjutkan cerita dari Bp. K.H.M Chambali Sumardi pengasuh Pondok Pesanteren ”NAJAHUTH THOLABAH” Dukuh Bejen Desa Kajeksan Kota Kudus bahwa Mbah Beji nama Arabnya Sayyid Ahmad bin sayyid Muhammad al-Hadi, akan tetapi nama pada jabatan adalah Dipo Kusumo atau Pangeran Beji) karena disesuaikan dengan adanya tugasnya sehari-hari yaitu pengatur tata kota dan prilaku masyarakat (Juru penilai), sehingga tempat atau yang dihuni sampai wafatnya dinamakan Bejen, dan beliau merupakan keturunan sunan Kudus yang keempat.

B.  Jabatan
Mengenai jabatan sesuai dengan penjelasan Bp.K.H.M Chambali Sumardi bahwa mbah Beji kalau pagi hari membantu Pemerintahan Kadipaten Kudus yaitu sebagai pembantu sesuatu yang ada kaitannya dengan tata kota maupun prilaku masyarakat serta permasalahan yang menyangkut kehidupan masyarakat, kalau sekarang ada istilah Kepala Bidang (Kabid) Tata Kota, sehingga beliau dijuluki dengan mbah Beji ( Juru penilai/ pengaturan), sedangkan kalau sore dan malam hari beliau mengajarkan syari’at agama islam kepada masyrakat dukuh Bejen Kajeksan Kota Kudus.
C.  Silsilah
Mengenai silsilah mbah Beji kalau dihitung mulai Sayyid Abdul Muttolib yang lewat Kanjeng Nabi Muhammad saw, beliau keturuna n yang ke 30 kalau dari Sunan Kudus ( Sayyid Ja’far Shodiq) melalui putra ke 4 yaitu : Sayyid Sholih ( Panembahan Mengaos Honggo Kusumo ) ( makam di Ngampel Surabaya) beliau ini keturunan yang empat (4) sebagimana berikut ini :
1.   Sayyid Abdul Muttholib
2.   Sayyid Abdulloh
3.   Sayyiduna Muhammad Rosululloh saw
4.   Sayyidah Fatimah
5.   Sayyid Husain
6.   Sayyid Ali Zainal Abidin
7.   Sayyid Muhammad Baqir
8.   Sayyid Ja’far Shodiq
9.   Sayyid Ali Al-Aridli
10.   Sayyid Muhammad An-Naqib
11.   Sayyid Isa Ar-Rumi
12.   Sayyid Ahmad Al-Muhajir
13.   Sayyid Ubaidillah
14.   Sayyid Alwi
15.   Sayyid Muhammad
16.   Sayyid Alwi
17.   Sayyid Ali Kholi’Qosim’
18.   Sayyid Muhammad shohibul mirbath
19.   Sayyid Alwi ( makam di Hadro maut)
20.   Sayyid Abdul Malik ( Makam di india)
21.   Sayyid Abdullah Khan ( Makam di india)
22.   Sayyid Husain Jamaluddin / syeh Jumadal Kubro ( Makam di Bugis)
23.   Syeh Maulana Malik Ibrahim ( makam di Gresik)
24.   Raja Pendita
25.   Sayyid Utsman Haji
26.   Sayyid Ja’far Shodiq ( sunan kudus)
27.   Sayyid Sholih ( Panembahan Mekaos Honggo Kusumo) ( makam di Ngampei Surabaya)
28.   Sayyid Badrul Budur ( Panembahan Kalico/Panembahan Agung ) ( makam di Bangkalan)
29.   Sayyid Muhammad Al-Hadi ( pangeran sedo krapyak/ wongso kusumo)
30.   Sayyid Ahmad ( Pangeran Beji / Dipo kusumo)
makam di Dukuh Bejen Kajeksan Kota Kudus
31.   Pangeran Penyangkringan ( condo kusumo)
32.   Raden Tirto Wijoyo
33.   Raden Tirto Diwongso
34.   Raden Abdul Hadi
35.   Raden Muhammad Abu Syujak
36.   Raden Sumardi
37.   K.H.M. Chambali Sumardi

Mengenai lokasi makam mbah Pangeran Beji berada di Dukuh Bejen Desa Kajeksan Rt.03/ Rw 3 Kota Kudus.

D.  Kisah Sejarah Mbah Pangeran Beji  ( Sayyid Ahmad)
Nama mbah Pangeran Beji ( Sayyid Ahmad ) tambah terkenal karena kebijakannya dalam menata Kadipaten Kudus, sesuai tugasnya beliau adalah bagian yang mengatur keindahan Kadipaten Kudus yang masa moderen ini disebut Kasi Tata Kota.
          Menurut cerita dari mbah Asmirah bahwa makam mbah Pangeran Beji pernah terjadi keajaiban yaitu pada saat membangun kijingan, nisan dan atap makam, pada waktu dulu pernah dibangun oleh masyarakaat yang bentuk nisan dan kijingannya antara beliau dan istrinya dibuat sama tinggi, sama besar, sama bentuk, dan sama panjang, namun lagi-lagi berobah tidak sama setelah keesokan harinya dan ini diulang lagi disamakan lagi-lagi berobah, untuk nisan dan kijingan makam istrinya susut lebih pendek dan lebih rendah, begitu juga saat diberi  atap pada atas makam supaya para peziarah merasa tenang dan nyaman, lagi-lagi keesokan harinya sudah roboh inipun diulangi lagi dan roboh lagi padahal tidak ada hujan, tidak ada badai.
           Setelah peristiwa keajaiban itu akhirnya ditanyakan kepada orang yang ahli kasysyaf ternyata dijawab bahwa beliau tidak mau diagung-agungkan ( jawa= tidak suka disubyo-subyo). Oleh karena itu cukup dibuatkan paseban didepan bangunan makam sampai sekarang.
          Hal ini member contoh kepada masyarakat bahwa kalau ingin hidup nyaman dan tenteram maka jangan sampai takabbur, tafakhur, merasa unggul dalam segalanya.
E.   Acara Haul
Haul mbah Pangeran Beji diperingati setiap tahunnya tepatnya pada tanggal 13 Muharrom.

PENYERANGAN PRAJURIT KERAJAAN MOJOPAHIT KEDIPATEN KUDUS

Kurang lebih pada Tahun 1505 M , kerajaan mojopahit menyiapkan pasukan untuk menyerang Kadipaten Kudus. Karena menurut mereka penyerangan ini disebabkan Sunan Kudus (Sayyid Ja’far Shodiq) dianggap menghancurkan tempat pemujaannya (Agama Hindu), terbukti bangunan Menara Masjid Kauman Kudus yang  separo (bawah) dianggap bangunan tempat pemujaan  Agama Hindu,  sebab mereka menyamakan dengan candi Djago yang berada di Jawa Timur dan diatasnya itu dipotong dibangun seperti menara Masjid, oleh karena kerajaan Mojopahit adalah kerajaan Hindu pada saat itu dan rakyatnyapun beragama hindu maka wajarlah bila tidak senang dengan Pemerintahan Kadipaten Kudus, sehingga terjadilah pengiriman pasukan perang.
Ketika Raja Hayam wuruk (Rajasanegara) meninggal dunia (1389) kerajaan Majapaahit jadi rebutan antara ahli warisnya sehingga terjadilah perang saudara yang berkepanjangan dan mengakibatkan lemahnya kerajaan.
Diantara raja raja yang pernah memimpin kerajaan setelah Hayam Wuruk (Rajasanegara) adalah:
1.      Raja Wikrama Wardhana (Hyang Wisesa); suami Kusumawardhani (1389-1427)
2.      Raja Suhita                                                                                                      (1427-1447)
3.      Raja Sri Kerta Wijaya                                                                                     (1447-1451)
4.      Raja Bhre (Sang Sinagara)                                                                              (1451-1453)
5.      Raja Hyang Purwiwiseso                                                                                (1456-1466)
6.      Raja Bhre Pandan Alas                                                                                   (1466-1468)
7.      Raja Singa Wardana                                                                                       (1468-1474)
8.      Raja Kertabumi                                                                                               (1474-1478)
9.      Raja Nyoo Lay Wa                                                                                         (1478-1486)
10.  Raja Girindra Wardana/Dyah Rana Wijaya (Prabu Nata)                              (1486-1527)
(Prof. Dr. Slamet Muljana 33:2007)
Raja nomor sepuluh inilah yang  menyiapkan pasukannya untuk menyerang Kadipaten Kudus  walaupun akhirnya gagal.
Perlu diketahui bahwa pasukan perang tempo dulu mengendarai kuda bahkan masih banyak yang jalan kaki. Setelah sampai di Kadipaten Kudus secara kebetulan mereka melewati jalan pintu gerbang yang disebelah utara, mereka menganggap bahwa jalan tersebut yang dianggap mudah untuk menerobos masuk Kadipaten kudus sebab terlihat sepi tidak kelihatan penjaganya. Namun ternyata sebaliknya mereka bertahan dipintu gerbang tanpa daya tak bergerak sedikitpun disebabkan pintu gerbang telah ditancapi tongkat saktinya mbah Jeleno (Sayyid Abdur Rahman) .
Adapun cara mbah jeleno menjaga digerbang cukup menancapkan tongkat saktinya dibelakang gerbang, memang benar teruji kehebatan mbah Jeleno sebagai orang sakti mandraguna sebab terbuti bila ada orang yang mau melakukan kejahatan yang ada kaitannya dengan beliau atau tugasnya, baru mendekat pintu gerbangnya saja sudah tidak dapat bergerak sedikitpun seperti orang yang terhipnotis apalagi bergerak tentu saja tidak bias kalau dipaksakan malah bias lemah dan jatuh terkulai, pada saat pasukan tidak bergerak sama sekali didepan pintu gerbang, maka mbah jeleno menghadap Sunan Kudus untuk menyampaikan kejadian tersebut.
Dengan adanya peristiwa itu Sunan Kudus mengajak para staf Kadipaten Kudus untuk menyaksikan segera, adapun kalimat yang diucapkan adalah dengan bahas arab ;”AJJIL LANA, AJJIL LANA” maksudnya mari cepat kesana bersamaku mari cepat kesana bersamaku, oleh orang orang disekitar menyebutnya dengan ojo leno ojo leno sehingga disitu terkenal dengan sebutan mbah joleno.
Untuk kejadian berikutnya stelah Sunan Kudus beserta pengikutnya melihat kejadia itu mereka takjub terperangah melihatnya karena apa Ternyata prajurit prajurit diam tak bergerak sama sekali bahkan lunglai membisu. Dengan kebijaksanaan Sunan Kudus mereka disadarkan setelah sadar mereka diberi makan dan minum karena kelihatannya sangat lapar dan dahaga adapun makanan yang disuguhkan berupa nasi dengan lauk pauk ikan lele utuhan satu persatu prajurit dikasih semua.
Dengan adanya suguhan dari Kadipaten Kudus itu para prajurit sangan senang gembira karena tidak diapa apakan  sama sekali bahkan dilayani dan dihormati layaknya pembesar dating, karena memang dalam keadaan kelaparan mereka memakannya dengan lahap dan tidak terkontrol lagi sampai habis semua tinggal duri duri dan kepala, namun disitu terjadi keajaiban yaitu sebelum makan mereka habis, mereka tersedak semua yang disebabkan terlalu lahap makannya , sehingga duri duri dan kepala ikan yang masih dipegangnya berjatuhan meloncat ketanah, sesudah Sunan Kudus mengetahui hal itu tanpa sengaja Tongkat sakti Sayyid Abdur Rahman yang tertancap disebelah pintu gerbang dicabut oleh Sunan Kudus, bekas cabutan itulah memancarkan air yang sangat deras selaki sampai mengenai kaki para prajurit dari Mojopahit dan mengalir kemana mana sampai jalanan bahkan digunakan minum mereka yang tersedak tersebut, akhirnya semua prajurit menjadi segar bugar. Anehnya lagi mungkin adanya tanda kebesaran Allah lewat keberkahan dari Sunan Kudus , duri duri dan kepala yang tanpa daging setelah terkena air yang mengalir tersebut hidup dan bergerak sebagaimana ikan ikan yang hidup pada umumnya sehingga mereka tampak tercengang dengan kesaktian atau karomah Sunan Kudus, setelah mereka menyaksikan keadaan tersebut mereka dipersilahkan masuk di Kadipaten Kudus.
Setelah mereka pada istirahat dan berkumpul dipendopo Sunan Kudus memberi wejangan atau nasehat kepada mereka tentang syariat Agama Islam, sesudah itu mereka dipersilahkan untuk memilih salah satu pilihan yaitu : Kalau ingin menetap di Kudus syaratnya memeluk Agama Islam dan kalu tidak siap masuk Agama Islam maka harus pulang kedaerahnya masing masing, baik yang menetap maupun yang pulang dipersilahkan untuk membawa peralatan miliknya jangan ada yang ditinggalkan. Dengan adanya kebijakan yang demikian dari pemimpin Kadipaten Kudus yang lain adalah Sayyid Jafar Shodiq maka prajurit di Kerajaan Mojopahit banyak yang masuk Agama Islam dan menetap di Kudus. Diantaranya adalah mbah Sutowijoyo, Mbah Rondo, Mbah Labudda dan yang lain.
Sesudah kejadian itu selesai maka mbah Joleno (Sayyid Abdur Rohman) mohon pamit kepada kanjeng  Sunan Kudus untuk pulang ketanah airnya yaitu Hadlor maut (Yaman Selatan) sebab beliau menerima kabar bahwa Ayah handanya sakit keras, anaehnya lagi mbah Joleno pulangnya tidak melewati darat, laut atau udara akan tetapi masuk melewati bekas tancapan tongkatnya sendiri yang dicabut Sunan Kudus.


SEJARAH SINGKAT MBAH RONDO (Mbah Fatimah)

1.      Nama Mbah Rondo
Penjelasan dari Bapak K.H.M Chambali Sumardi, bahwa Mbah Rondo bernama mbah Fatimah dari Kerajaan Majapahit yang ikut penyerangan ke Kadipaten Kudus, beliau ini bagian  PPK atau bagian yang merawat bila ada pasukan yang jatuh sakit atau perlu perawatan kesehatan
2.      Jabatan
Mengenai jabatan mbah Rondo adalah kalau pagi hari sebagai pembantu/juru kebersihan di Kadipaten Kudus, kalau sore dan malam hari sebagai petugas Kadipaten Kudus untuk menyampaikan ajaran agama islam kepada masyarakat dukuh Kaligunting Desa Kajeksan Kota Kudus. Tempat tersebut dinamakan Kaligunting karena dulu dekat tempat tinggal mbah Rondo ada sungai yang menyimpang melipat seperti gunting, oleh karena itu tempat tersebut dinamakan Kaligunting (Kali = Sungai, Gunting = bentuk menyimpang/melipat seperti gunting), setelah mendapat wejangan dari sunan Kudus beliau tertarik untuk memeluk agama islam dan dikarenakan ketekunannya itu beliau ini satu satunya perempuan yang menjadi utusan Sunan Kudus yang ditempatkan didukuh Kaligunting. Dan menetap disitu sampai akhir hayatnya.
3.      Silsilah
Adapun silsilah mbah Rondo (mbah Fatimah) tidak diketahui secara jelas karena beliau menyendiri dalam mengajarkan Agama Islam di Dukuh Kaligunting desa Kajeksan Kota Kudus sampai meninggal dunia.
4.      Kisah Sejarah Mbah Rondo (Mbah Fatimah)
Dengan adanyya kebijakan dari pemimpin Kadipaten Kudus yang tak lain adalah Sunan Kudus maka prajurit dari Kerajaan Mojopahit banyak yang sadar dan memeluk Agama Islam tanpa ada paksaan dan menetap di Kudus.
Diantara para pasukan perang yang menetap di Kadipaten Kudus adalah Mbah Rondo (mbah Fatimah), beliau ini bagian PPPK atau bagian yang merawat bila ada pasukan yang jatuh sakit atau perlu perawatan kesehatan . Karena beliau ada ketekunan tersendiri dalam mengabdi kepada Sunan Kudus maka akhirnya beliau diutus untuk mengajarkan Agama Islam di dukuh Kaligunting Desa Kajeksan Kota Kudus hingga wafat.
5.      Acara haul
 Haul Mbah Rondo diperingati setiap tahun, tepatnya pada tanggal 29 Muharrom sore hari.