Selasa, 21 Februari 2017

PENYERANGAN PRAJURIT KERAJAAN MOJOPAHIT KEDIPATEN KUDUS

Kurang lebih pada Tahun 1505 M , kerajaan mojopahit menyiapkan pasukan untuk menyerang Kadipaten Kudus. Karena menurut mereka penyerangan ini disebabkan Sunan Kudus (Sayyid Ja’far Shodiq) dianggap menghancurkan tempat pemujaannya (Agama Hindu), terbukti bangunan Menara Masjid Kauman Kudus yang  separo (bawah) dianggap bangunan tempat pemujaan  Agama Hindu,  sebab mereka menyamakan dengan candi Djago yang berada di Jawa Timur dan diatasnya itu dipotong dibangun seperti menara Masjid, oleh karena kerajaan Mojopahit adalah kerajaan Hindu pada saat itu dan rakyatnyapun beragama hindu maka wajarlah bila tidak senang dengan Pemerintahan Kadipaten Kudus, sehingga terjadilah pengiriman pasukan perang.
Ketika Raja Hayam wuruk (Rajasanegara) meninggal dunia (1389) kerajaan Majapaahit jadi rebutan antara ahli warisnya sehingga terjadilah perang saudara yang berkepanjangan dan mengakibatkan lemahnya kerajaan.
Diantara raja raja yang pernah memimpin kerajaan setelah Hayam Wuruk (Rajasanegara) adalah:
1.      Raja Wikrama Wardhana (Hyang Wisesa); suami Kusumawardhani (1389-1427)
2.      Raja Suhita                                                                                                      (1427-1447)
3.      Raja Sri Kerta Wijaya                                                                                     (1447-1451)
4.      Raja Bhre (Sang Sinagara)                                                                              (1451-1453)
5.      Raja Hyang Purwiwiseso                                                                                (1456-1466)
6.      Raja Bhre Pandan Alas                                                                                   (1466-1468)
7.      Raja Singa Wardana                                                                                       (1468-1474)
8.      Raja Kertabumi                                                                                               (1474-1478)
9.      Raja Nyoo Lay Wa                                                                                         (1478-1486)
10.  Raja Girindra Wardana/Dyah Rana Wijaya (Prabu Nata)                              (1486-1527)
(Prof. Dr. Slamet Muljana 33:2007)
Raja nomor sepuluh inilah yang  menyiapkan pasukannya untuk menyerang Kadipaten Kudus  walaupun akhirnya gagal.
Perlu diketahui bahwa pasukan perang tempo dulu mengendarai kuda bahkan masih banyak yang jalan kaki. Setelah sampai di Kadipaten Kudus secara kebetulan mereka melewati jalan pintu gerbang yang disebelah utara, mereka menganggap bahwa jalan tersebut yang dianggap mudah untuk menerobos masuk Kadipaten kudus sebab terlihat sepi tidak kelihatan penjaganya. Namun ternyata sebaliknya mereka bertahan dipintu gerbang tanpa daya tak bergerak sedikitpun disebabkan pintu gerbang telah ditancapi tongkat saktinya mbah Jeleno (Sayyid Abdur Rahman) .
Adapun cara mbah jeleno menjaga digerbang cukup menancapkan tongkat saktinya dibelakang gerbang, memang benar teruji kehebatan mbah Jeleno sebagai orang sakti mandraguna sebab terbuti bila ada orang yang mau melakukan kejahatan yang ada kaitannya dengan beliau atau tugasnya, baru mendekat pintu gerbangnya saja sudah tidak dapat bergerak sedikitpun seperti orang yang terhipnotis apalagi bergerak tentu saja tidak bias kalau dipaksakan malah bias lemah dan jatuh terkulai, pada saat pasukan tidak bergerak sama sekali didepan pintu gerbang, maka mbah jeleno menghadap Sunan Kudus untuk menyampaikan kejadian tersebut.
Dengan adanya peristiwa itu Sunan Kudus mengajak para staf Kadipaten Kudus untuk menyaksikan segera, adapun kalimat yang diucapkan adalah dengan bahas arab ;”AJJIL LANA, AJJIL LANA” maksudnya mari cepat kesana bersamaku mari cepat kesana bersamaku, oleh orang orang disekitar menyebutnya dengan ojo leno ojo leno sehingga disitu terkenal dengan sebutan mbah joleno.
Untuk kejadian berikutnya stelah Sunan Kudus beserta pengikutnya melihat kejadia itu mereka takjub terperangah melihatnya karena apa Ternyata prajurit prajurit diam tak bergerak sama sekali bahkan lunglai membisu. Dengan kebijaksanaan Sunan Kudus mereka disadarkan setelah sadar mereka diberi makan dan minum karena kelihatannya sangat lapar dan dahaga adapun makanan yang disuguhkan berupa nasi dengan lauk pauk ikan lele utuhan satu persatu prajurit dikasih semua.
Dengan adanya suguhan dari Kadipaten Kudus itu para prajurit sangan senang gembira karena tidak diapa apakan  sama sekali bahkan dilayani dan dihormati layaknya pembesar dating, karena memang dalam keadaan kelaparan mereka memakannya dengan lahap dan tidak terkontrol lagi sampai habis semua tinggal duri duri dan kepala, namun disitu terjadi keajaiban yaitu sebelum makan mereka habis, mereka tersedak semua yang disebabkan terlalu lahap makannya , sehingga duri duri dan kepala ikan yang masih dipegangnya berjatuhan meloncat ketanah, sesudah Sunan Kudus mengetahui hal itu tanpa sengaja Tongkat sakti Sayyid Abdur Rahman yang tertancap disebelah pintu gerbang dicabut oleh Sunan Kudus, bekas cabutan itulah memancarkan air yang sangat deras selaki sampai mengenai kaki para prajurit dari Mojopahit dan mengalir kemana mana sampai jalanan bahkan digunakan minum mereka yang tersedak tersebut, akhirnya semua prajurit menjadi segar bugar. Anehnya lagi mungkin adanya tanda kebesaran Allah lewat keberkahan dari Sunan Kudus , duri duri dan kepala yang tanpa daging setelah terkena air yang mengalir tersebut hidup dan bergerak sebagaimana ikan ikan yang hidup pada umumnya sehingga mereka tampak tercengang dengan kesaktian atau karomah Sunan Kudus, setelah mereka menyaksikan keadaan tersebut mereka dipersilahkan masuk di Kadipaten Kudus.
Setelah mereka pada istirahat dan berkumpul dipendopo Sunan Kudus memberi wejangan atau nasehat kepada mereka tentang syariat Agama Islam, sesudah itu mereka dipersilahkan untuk memilih salah satu pilihan yaitu : Kalau ingin menetap di Kudus syaratnya memeluk Agama Islam dan kalu tidak siap masuk Agama Islam maka harus pulang kedaerahnya masing masing, baik yang menetap maupun yang pulang dipersilahkan untuk membawa peralatan miliknya jangan ada yang ditinggalkan. Dengan adanya kebijakan yang demikian dari pemimpin Kadipaten Kudus yang lain adalah Sayyid Jafar Shodiq maka prajurit di Kerajaan Mojopahit banyak yang masuk Agama Islam dan menetap di Kudus. Diantaranya adalah mbah Sutowijoyo, Mbah Rondo, Mbah Labudda dan yang lain.
Sesudah kejadian itu selesai maka mbah Joleno (Sayyid Abdur Rohman) mohon pamit kepada kanjeng  Sunan Kudus untuk pulang ketanah airnya yaitu Hadlor maut (Yaman Selatan) sebab beliau menerima kabar bahwa Ayah handanya sakit keras, anaehnya lagi mbah Joleno pulangnya tidak melewati darat, laut atau udara akan tetapi masuk melewati bekas tancapan tongkatnya sendiri yang dicabut Sunan Kudus.


1 komentar:

  1. saya atas nama BPK. SAMSUL dari MADURA ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH KARYO,kalau bukan karna bantuannya munkin sekaran saya sudah terlantar dan tidak pernaah terpikirkan oleh saya kalau saya sdh bisa sesukses ini dan saya tdk menyanka klau MBAH KARYO bisa sehebat ini menembuskan semua no,,jika anda ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KARYO no ini 082301536999 saya yakin anda tdk akan pernah menyesal klau sudah berhubungan dgn MBAH KARYO dan jgn percaya klau ada yg menggunakan pesan ini klau bukan nama BPK. SAMSUL dan bukan nama MBAH KARYO krna itu cuma palsu.m

    BalasHapus